Cara Saya Belajar Menulis

Oleh: Jumadi Mappanganro 

"Apa tipsnya agar kami terampil menulis berita atau esai?"

Pertanyaan di atas sering diajukan kepada saya pada beberapa kesempatan membawakan materi pelatihan jurnalistik. Saya pun selalu menjawab bahwa tipsnya banyak. Tapi ada dua hal utama yang saya sarankan untuk dilakukan.
Sumber foto: Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan

Pertama adalah membiasakan diri membaca. Bacaan apa saja. Dengan kebiasaan membaca, seseorang akan kaya dengan perbendaharaan kata. Wawasan kita pun luas dan terus berkembang. Ide atau inspirasi yang bisa ditulis pun kian banyak. 

Sebagai langkah awal, saya menyarankan untuk membaca buku cerita anak atau majalah untuk anak. Majalah Bobo misalnya. Kenapa? Karena pada buku cerita anak atau majalah anak tersebut tulisan yang disajikan umumnya mudah dimengerti.

 Itu karena kata-kata yang digunakan adalah diksi yang dapat dimengerti anak-anak sekalipun. Jika anak-anak saja paham, tentu orang dewasa diharapkan lebih mengerti.

Selain menggunakan kata yang sudah umum, tulisan-tulisan pada buku cerita anak atau majalah anak umumnya menggunakan kalimat pendek atau sederhana. Bukan kalimat panjang yang justru sering rumit dipahami.

Menurut saya, membuat kalimat sederhana nan mudah dimengerti tak segampang membuat minuman teh. Butuh kebiasaan. Nah pada buku cerita anak atau majalah anak semacam Bobo dapat dicontoh bagaimana membuat kalimat pendek atau sederhana dan mudah dipahami. Tentu saja harus tetap logis.
sumber foto: http://www.mobgenic.com

Tips kedua agar terampil menulis esai adalah rutin membuat catatan harian. Kenapa? Manfaatnya sangat banyak. Di antaranya adalah melatih seseorang merangkai kata menjadi kalimat. Lalu kalimat menjadi paragraf dan seterusnya.

Dengan kebiasaan membuat catatan harian, lama-kelamaan menulis bukan lagi dianggap beban. Justru menjadi hobi yang menyenangkan.

Alasan itulah juga mengapa para calon reporter di Tribun Timur, tempat saya bekerja sebagai jurnalis, wajib setiap hari membuat catatan harian. Lalu catatan harian tersebut disetor setiap hari pula ke wakil pemimpin redaksi dan manager produksi.

Kewajiban menulis catatan harian ini berlaku hingga dua bulan pertama bagi calon reporter. Ditulis saban usai merampungkan tugas utama mereka: membuat berita dari liputan lapangan. 

Saya juga percaya, mereka yang kini jadi penulis ternama di Indonesia tak instan alias langsung jadi. Melainkan berawal dari kebiasaannya menulis catatan harian.

Para penulis tersebut di antaranya Habiburrahman El Shirasy yang menulis novel Ayat-ayat Cinta. Andrea Hirata yang menulis tetralogi Laskar Pelangi. Juga ada Ahmad Fuadi yang namanya melambung setelah menulis novel Negeri 5 Menara.
sumber foto: tribunnews.com, kapanlagi.com, dan kolom-biografi.blogspot.com.

Para penulis tersebut kini tak sekadar terkenal. Tapi juga kaya karena menerima miliaran rupiah dari royalti buku karyanya.

"Jadi jangan anggap enteng jika ada teman kita yang rutin membuat catatan harian. Karena kebiasaan inilah yang membuat banyak orang jadi penulis ternama," kata saya pada mereka yang bertanya tips agar terampil menulis. (JM) 

Sungguminasa, 1 Januari 2015

Komentar